SELAMAT DATANG DI WEBSITE GURU GAWAH (KHAIRUL AKBAR)

Selasa, 14 September 2021

3.1.a.9. Koneksi Antarmateri_Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

 3.1.a.9. Koneksi Antarmateri

DIKLAT CALON GURU PENGGERAK  ANGKATAN 2

KABUPATEN LOMBOK TENGAH, NTB

TAHUN 2021

 

Oleh

Khairul Akbar

SMPN 2 Praya Barat Daya

 

Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Filosofi KHD tentang pendidikan yaitu “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani” harus menjadi nafas seorang guru dalam menjalankan profesinya sebagai pendidik. Seorang guru harus mampu menentukan posisi disaat melakukan bimbingan pembelajaran kepada peserta didik, kapan harus berada di depan atau di tenagh atau di belakang. Setiap keputusan yang diambil sebagai seorang pemimpin pembelajaran tidak terlepas dari triloka KHD tersebut. Ketika pendidik memutuskan untuk berada di depan (Ing Ngarso Sung Tulodo) maka dia harus mampu menjadi mentor untuk diteladani oleh peserta didik. Ketika pendidik memutuskan berada di samping (Ing Madyo Mangun Karso), maka pendidik harus mampu menjadi coach bagi peserta didik untuk membantu memaksimalkan potensi diri peserta didik. Ketika pendidik memutuskan berada di  belakang  (Tut Wuri Handayani), maka pendidik harus mampu menjadi konselor bagi peserta didik agar mampu maju dan bangkit mengejar ketertinggaan. Oleh karena itu, keterampilan pengambilan keputusan harus dimiliki oleh semua guru dalam rangka melaksanakan peran sebagai pemimpin pembelajaran.


Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Dalam proses pengambilan keputusan terhadap sebuah permasalahan selalu didasari oleh berbagai pertimbangan-pertimbangan, baik secara legal  formal maupun secara moral dan etika. Moral dan etika sangat terkait dengan nilai-nilai yang tertanam dalam diri seseorang. Moral dan etika yang positif merupakan buah dari nilai-nilai baik yang terdapat pada diri seseorang. Demikian juga bagi seorang guru, dalam pengambilan keputusan pada pembelajaran tentunya didasari oleh nilai-nilai baik yang tercermin dalam sikap dan tindakan keseharian. Oleh karena itu,  dalam sembilan langkah pengambilan keputusanpada  dilema etika yang dicetuskan oleh Kidder (2003) terdapat langkah uji benar atau salah sebagai bentuk implementasi nilai-nilai yang terdapat pada actor pengambil keputusan.

 

Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.

Setelah saya memperoleh materi pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, saya mulai melakukan refleksi dan evaluasi terhadap berbagai keputusan pembelajaran yang telah saya ambil sebelumnya. Ketika saya menemukan kasus dilema etika, maka mulailah saya menguji kembali keputusan-keputusan yang telah saya ambil sebelumnya, saya gali kembali opsi trilemma untuk memperoleh keputusan yang terbaik. Beberapa keputusan terkadang sulit sekali untuk memutuskan mana yang terbaik, sehingga praktek coaching menjadi penting untuk diterapkan. Ketika saya mengalami kendala tersebut, maka saya akan meminta bantuan pendamping atau fasilitator untuk menjadi coach dalam rangka menemukan solusi terhadap permasalahan yang saya alami.

 

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.

Untuk memutuskan permasalahan baik  itu bujukan moral ataupun dilema etika, keputusan terakhir yang akan diambil sudah barang tentu didasari oleh nilai-nilai yang dimiliki oleh seorang pendidik. Hal itu karena dalam menetukan benar atau salah pada saat melakukan uji benar atau salah sudah dapat dipastikan ditentukan pada nilai-nilai yang dipraktekkan selama ini. Oleh karena itu, pangkal dari sebuah keputusan yang terbaik  adalah nilai yang dimiliki dan diaplikasikan oleh pendidik dalam kesehariannya, baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan keluarga dan social masyarakat.

 

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Well-being siswa akan terwujud dalam sebuah sekolah jika segala kebutuhan siswa difasilitasi. Peran aktif siswa sebagai subjek pendidikan harus dimaksimalkan, termasuk dalam pengambilan keputusan dalam pembelajaran. Siswa memiliki hak untuk memilih yang terbaik  bagi masa depannya. Jika dalam mengambil keputusan selalu memperhatikan kenyamanan siswa dan semua warga sekolah, maka iklim sekolah akan positif, aman dan nyaman.

 

Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Pengambilan keputusan dalam dilema etika di sekolah saya pernah saya terapkan bersama-sama dengan rekan sejawat dan juga dengan kepala sekolah. Kunci utama dalam mengambil keputusan adalah pelibatan semua pihak, agar keputtusan yang diambil dapat mengakomodir kepentingan berbagai pihak. Sejauh ini di sekolah saya tidak ada perubahan paradigm, keputusan selalu diambil dengan mempertimbangkan kepentingan berbagai pihak.


Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

Keputusan yang diambil berdasarkan pada anallisi dan pertimbangan kepentingan siswa tentunya akan berpengaruh positif terhadap well-being siswa. Perasaan bahagia pada siswa akan muncul sehingga siswa akan merasa dimerdekakan dalam pembelajaran di sekolah.


Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Masa-masa pendidikan di sekolah merupakan kenangan yang sangat berkesan dan sulit dilupakan oleh setiiap orang. Oleh karena itu, keputusan yang salah terhadap pembelajaran tentunya akan menyisakan trauma bagi siswa, bahkan trauma tersebut akan dibawa sepanjang hidupnya, semikian juga sebaliknya, jika siswa merasa dimanusiakan di lingkungan sekolah maka prestasi dan kompetensi siswa akan maksimal. Kompetensi yang maksimal akan membawa kehidupan di masa depan menjadi cerah.


Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Proses pengambilan keputusan pada dilema etika terkadang membutuhkan coaching untuk memperoleh opsi terbaik diantara beberapa opsi yang ada. Selain itu, keputusan yang diambil oleh seorang pendidik akan dipengaruhi oleh nilai-nilai yang diyakini dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai guru penggerak merupakan nilai-nilai baik  yang seharusnya dimiliki oleh semua guru di Indonesia sehingga setiap keputusan  yang diambil dalam pemimpin pembelajaran selalu dasar nilai-nilai guru penggerak tersebut. Setiap keputusan terbaik yang diambil akan berdampak positif terhadap semua warga sekolah, terutama siswa. Siswa akan merasa bahagia ketika berada di lingkungan sekolah, sehingga  prestasi belajar siswa meningkat dan profil pelajar Pancasila terdapat pada siswa di Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar