SELAMAT DATANG DI WEBSITE GURU GAWAH (KHAIRUL AKBAR)

Rabu, 13 Oktober 2021

3.3.a.10 Aksi Nyata: Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid

 3.3.a.10 Aksi Nyata: Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid

Artikel Refleksi:

 

MEWUJUDKAN WELL-BEING MURID MELALUI SENAM AEROBIK

(Sebuah Kolaborasi dengan Puskesmas Batu Jangkih)

 

 

Oleh:

Khairul Akbar

SMPN 2 Praya Barat Daya

CGP Angkatan 2 Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi NTB.

 

 

Sekolah ideal adalah sekolah yang mampu memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh siswa. Memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh siswa akan menjadikan siswa berprestasi dan tujuan akhir adalah tujuan pendidikan akann tercapai. Kondisi tersebut akan membuat siswa merasa nyaman dan sejahtera (well-being) karena kesejahteraan siswa (well-being) akan mempengaruhi hampir seluruh aspek bagi optimalisasi fungsi siswa di sekolah (Frost, 2010).

Konu & Rimpela (2002) menjelaskan empat hal  yang  mempengaruhi  well-being siswa di sekolah yaitu: 1) kondisi lingkungan sekolah baik secara fisik, organisasi, layanan dan keamanan; 2) relasi sosial, baik antar murid dengan murid maupun antar murid dengan guru dan staf sekolah; 3) pemenuhan diri yaitu kesempatan belajar sesuai dengan kapabilitas, mendapatkan umpan balik, dan semangat; dan 4) status kesehatan baik  kesehatan fisik maupun mental.

Berdasarkan uraian tersebut, kesehatan fisik dan kesehatan jiwa merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi well-being siswa di sekolah. Oleh karena itu, sekolah hendaknya selalu memantau dan memperhatikan kondisi kesehatan siswa. Sekolah perlu menyusun berbagai program yang berpihak pada kesehatan murid, baik kesehatan fisik maupun mental.

Kondisi dunia pendidikan di Indonesia saat ini masih jauh dari kondisi ideal tersebut. Jika dilihat dari hasil PISA (Programme for International Student Assessment) tahun 2018. PISA tahun 2018 tidak hanya mengukur aspek akademik saja, namun juga aspek non akademik. Hasil PISA 2018 menunjukkan hasil non-akademik yaitu persepsi peserta didik terhadap perilaku perundungan (bullying) dan kerangka pikir kemajuan (growth mindset) seperti terlihat pada Gambar 1. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa school well-being (kesejahteraan sekolah) di Indonesia masih belum berpihak pada murid.


Gambar 1. Diagram Persentase Perilaku Perundungan (Bullying) dan

Kerangka Pikir Kemajuan (Growth Mindset) Murid

(Sumber: OECD, 2019)

Hasil tersebut menjadi dasar SMPN 2 Praya Barat Daya, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi NTB untuk  menyusun program yang berorientasi meningkatkan well-being siswa. Sesuai dengan pernyataan Konu & Rimpela (2002) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi well-being siswa adalah kesehatan, maka SMPN 2 Praya Barat Daya bekerjasama dengan Puskesmas Desa Batu Jangkih mengadakan program senam aerobic bersama. Alasan kolaborasi dengan Puskesmas Desa Batu Jangkih adalah karena kedekatan lokasi dimana saat ini Puskesmas Desa Batu Jangkih menempati sebagian gedung SMPN 2 Praya Barat Daya dengan status meminjam karena gedung baru Puskesmas sedang dibangun. Selain itu, Puskesmas Desa Batu Jangkih juga memiliki aset sumber daya manusia yaitu instruktur senam.

Senam aerobic dilaksanakan sekali dalam satu minggu yaitu setiap hari sabtu pagi. Terlihat siswa, guru, staff TU, pegawai/staff Puskesmas senang dan gembira megikuti kegiatan tersebut. Hal ini karena kegiatan senam aerobic merupakan hal baru yang dilakukan di sekolah. Gambar 2 menunjukkan foto kegiatan senam aerobic.



Gambar 2. Foto Kegiatan Senam Aerobik

Pembelajaran yang dapat diambil dari kegiatan tersebut adalah pada awal-awal kegiatan, sebagiann siswa masih terlihat malu-malu untuk mengikuti gerakan-gerakan isnstrukutur. Namun seiring waktu, lambat laun siswa menjadi terbiasa bahkan sangat antusias mengikuti setiap gerakan. Tidak jarang terlihat siswa tertawa dan dari raut muka terlihat sangat gembira.

Rencana perbaikan di masa depan adalah dengan mencari instruktur cadangan sebagai antisipasi jika instruktur utama berhalangan hadir pada kegiatan tersebut. Sarana lainnya yang perlu diperbaiki  adalah adalah sound system yang lebih representatif. Kondisi saat ini masih menggunakan sound system seadanya sehingga music senam tidak terdengar secara merata.

 

 

Daftar Pustaka

Frost. (2010). The Effectiveness of Student Wellbeing Program and Service. Melbourne: Victorian Auditor-General's Report.

 

Konu, A., & Rimpela, M. (2002). Well-being in school: A Conceptual Model.  Health Promotion International, 17 (1), 79 – 89.

 

OECD. (2019). PISA 2018, Insights and Interpretations. Paris: OECD Publishing.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar